MATAGARUDA.org- Kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dalam membatasi penyebaran COVID-19 merupakan fenomena yang baru dalam sistem pendidikan di Indonesia dan akan berpengaruh terhadap guru, orang tua, serta siswa. Implementasinya pun juga akan memunculkan tantangan baik dalam pengajaran, ketercapaian pembelajaran berdasarkan kurikulum, ketersediaan akses ke sumber belajar, maupun kesejahteraan psikososial siswa.
Segala tantangan ini tentunya harus direspon dengan cermat untuk memastikan akses terhadap pendidikan yang berkualitas tetap terpenuhi untuk setiap anak di Indonesia. Oleh karena itu, Mata Garuda menyusun Policy Brief Pendidikan di Tengah Pandemi: Memastikan Akses untuk Semua sebagai bentuk sumbangsih pemikiran untuk pendekatan yang komprehensif, konstruksif, dan inklusif dalam melihat permasalahan ini.
Seri Policy Brief ini akan dibagi ke dalam 3 babak. Babak Pertama adalah Policy Brief dengan tema: Mendukung Guru dan Siswa dalam Pembelajaran di Tengah Pandemi yang diterbitkan pada tanggal 17 Agustus 2020. Ke depannya, babak kedua akan membahas tentang akses ke sumber belajar, sedangkan topik babak ketiga adalah kebijakan pembelajaran jarak jauh dan tatap muka.

Policy Brief disusun dengan menelaah lebih dulu mengenai fakta lapangan dan kebijakan-kebijakan yang telah diterapkan melalui pengumpulan data sekunder. Studi literatur yang mencakup riset terdahulu maupun rilis Pemerintah menjadi sumber data yang digunakan. Untuk melengkapi data fakta di lapangan, Focus Group Discussion dilakukan untuk mempertajam analisis masalah dan rekomendasi solusi. Diskusi menghadirkan pengalaman-pengalaman penyusun sebagai guru di berbagai daerah (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sumatera). Rekomendasi solusi yang dikemukakan telah mempertimbangkan keragaman konteks dengan mengadopsi gerakan yang sudah diimplementasikan di akar rumput.
Dari hasil studi literatur dan FGD, ditemukan bahwa Pemerintah melalui Kemendikbud telah mengambil berbagai langkah kebijakan, namun implementasinya belum cukup untuk mendukung proses PJJ. Temuan selanjutnya adalah mengenai kemampuan adaptasi guru sebagai tenaga pendidik di implementasi PJJ ini dipengaruhi berbagai faktor. Tentunya, dukungan terhadap proses adaptasi guru sangat dibutuhkan dengan memperhatikan secara sensitif konteks yang berbeda yang dialami oleh guru. Temuan terakhir adalah dibutuhkannya jembatan komunikasi antara guru, orang tua, dan murid di tengah pendidikan tanpa tatap muka.

Untuk menjawab hasil temuan tersebut, terdapat tiga poin rekomendasi. Terkait isu kompetensi guru, dibutuhkan pemetaan pembelajaran yang implementatif dan pemberdayaan guru yang komprehensif dengan pendekatan bottom-up. Pemetaan dapat dilakukan dengan membagi tiga klaster sekolah/daerah berdasarkan ketersediaan jaringan, seperti sekolah dengan jaringan yang bagus (mumpuni), cukup, dan tidak ada sama sekali karena metode yang diterapkan tentu akan berbeda antara satu klaster dengan yang lainnya. Lebih jauh lagi, diberikan panduan terkait metode pembelajaran daring yang juga berfokus pada inkubasi produk akhir berupa inovasi metode pembelajaran dari guru sendiri. Hal ini sudah digagas dan dilaksanakan oleh alumni LPDP dalam bentuk program Virtual Educator Academy yang diharapkan dapat ditingkatkan implementasi nya dengan dukungan dari Pemerintah.
Berikutnya terkait dengan pendampingan siswa, ide pendampingan peserta didik dengan “Program Kakak Asuh” diharapkan bisa menjadi solusi. Program Kakak Asuh merupakan program pendampingan peserta didik yang diharapkan akan dieksekusi oleh mahasiswa magang. Mahasiswa yang akan terjun ke lapangan akan dilatih terlebih dahulu oleh alumni LPDP yang bergerak sebagai profesi guru yang akan dikenal sebagai Guru Pendobrak. Guru pendobrak ini diharapkan memberikan nilai tambah dengan melakukan pelatihan kepada mahasiswa yang akan terjun tersebut bekerja sama dengan LPMP dan Dosen Pengampu mata kuliah atau program studi. Yang menarik adalah materi dari pelatihan ini bisa menggunakan materi ToT hasil inkubasi dari program Virtual Educator Academy yang menitikberatkan pada inovasi berdasarkan 3 kelompok ketersediaan akses internet.
Rekomendasi terakhir adalah adaptasi sekolah secara menyeluruh baik pembelajaran maupun manajemen sekolah dengan mengoptimalkan peran sektor swasta. Keberjalanan PJJ dalam masa pandemi ini juga memberikan peluang dalam adaptasi penggunaan teknologi aplikasi daring untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan. Pelibatan sektor swasta dalam instalasi aplikasi daring akan menghemat waktu dalam proses pengembangan dan distribusi dari aplikasi tersebut ke sekolah-sekolah yang ada di dalam kluster jaringan yang mumpuni dan cukup. Hal ini dapat menjadi model yang kemudian dicari pentahapannya bagi sekolah-sekolah yang belum memiliki akses serupa, sehingga kelak manajemen sekolah secara menyeluruh dapat menjadi semakin baik. Informasi selengkapnya dapat dibaca di sini.